Kamis, 16 April 2015

Hizbut Tahrir Tidak Tergabung Dalam Kelompok Manapun | KANTOR MEDIA PUSAT HIZBUT TAHRIR | PRESS RELEASE HT

Hizbut Tahrir Tidak Tergabung Dalam Kelompok Manapun, Tidak Pula Al-Qaeda; Hizbut Tahrir Hanya Mengibarkan Bendera Rasulullah Saw

Press Release:

Hizbut Tahrir Tidak Tergabung Dalam Kelompok Manapun, Tidak Pula Al-Qaeda; Hizbut Tahrir Hanya Mengibarkan Bendera Rasulullah Saw

Surat kabar Inggris “The Times” membuat kebohongan tentang kami dengan mengatakan: “Hizbut Tahrir bergabung dengan al-Qaeda di Suriah.” Surat kabar menambahkan: “Kelompok Hizbut Tahrir bersama dengan Jabhah Nushrah yang loyal pada organisasi teroris al-Qaeda telah menyerang para aktivis sipil di Aleppo saat berdemonstrasi menentang rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.” Surat kabar itu menegaskan bahwa banyak dari pejuang organisasi negara (ISIS) yang berkebangsaan Inggris yang sebelumnya berhubungan dengan kelompok Hizbut Tahrir saat studi di universitas Inggris. Tidak berhenti di sini, surat kabar masih membuat kebohongan lebih jauh lagi dengan mengatakan bahwa 100 aktivis Hizbut Tahrir, yang salah satu dari mereka membawa pedang, telah menyerang beberapa demonstran yang mengibarkan bendera revolusi (yang dibentuk oleh imperialis Perancis).

Tampak jelas dari rekayasa surat kabar tersebut bahwa ia tengah berusaha untuk menuntut pelarangan Hizbut Tahrir di Inggris. Untuk itu, ia mulai menciptakan ilusi bahwa meskipun Hizbut Tahrir menolak kekerasan, namun para aktivisnya gencar menyebarkan id-idenya di universitas-universitas di Inggris. Dan dalam hal ini, surat kabar tersebut tidak menemukan bukti nyata, kecuali sebuah pernyataan yang dikaitkan dengan seorang mahasiswa dari Suriah di University of Manchester, yang mengatakan bahwa para aktivis Hizbut Tahrir mengajaknya berdiskusi tentang Khilafah Islamiyah sebagai solusi yang tepat untuk masalah umat Islam. Kemudian diskusi pemikiran politik ini dianggap sebagai kejahatan terorisme dalam pandangan surat kabar London, yang mengklaim sebagai pemilik Magna Carta (Piagam Besar), dan parlemen demokratis pertama di dunia.

Kemudian surat kabar itu mencoba untuk memobilisasi lebih banyak bukti yang tak terbantahkan dengan menyatakan bahwa para aktivis Hizbut Tahrir di kota Aleppo menulis slogan-slogan di dinding-dinding yang menyerukan penegakan Khilafah. Untuk itu, penulisan di dinding menjadi kejahatan tabu dalam demokrasi mereka yang busuk, yang bangga telah menguliti tengkorak orang-orang Indian di Amerika, dan membantai orang-orang Australia. Karena itu, di mana saja imperialis Eropa berada pasti melakukan tindakan-tindakan yang menjengkelkan. Juga, seruan pemikiran politik umat Islam untuk mendirikan negara Khilafah yang diperintahkan oleh Tuhan pemilik semesta alam menjadi sebuah kejahatan terorisme, sementara mereka diam seribu basa tentang hadiah-hadiah peradabannya melalui tong-tong peledak yang dihujankan pada saudara-saudara kami di kota-kota dan desa-desa Suriah oleh vampir Damaskus peliharaan Amerika.

Sungguh, kami tahu betul bahwa kejahatan politik Barat tidak memiliki batas, setelah upaya-upaya Inggris yang gagal untuk menempelkan tuduhan-tuduhan palsu terhadap Hizbut Tahrir dan para aktivisnya, serta setelah instruksi-instruksi Inggris untuk para anteknya di antara para penguasa dunia Islam untuk terus mengawasi para aktivis Hizbut Tahrir, menangkapnya dan mencegah semua kegiatan Islami yang dilakukan secara damai; juga setelah hal itu diikuti oleh Rusia melalui usaha-usaha putus asanya yang terungkap dengan menempelkan tuduhan melakukan aksi bersenjata, serta penyusupan senjata dan amunisi oleh para penyidik ??dari negara Rusia untuk para aktivis Hizbut Tahrir; dan setelah Jerman melakukan tindakan yang bertentangan dengan konstitusinya sendiri, yaitu dengan berpaling dari undang-undangnya, dan melarang semua kegiatan Hizbut Tahrir yang bersifat pemikiran di wilayahnya, serta setelah mempersulit gerak para anggota masyarakat Eropa kelas atas yang menjadi aktivis Hizbut Tahrir, seperti para dokter, insinyur dan profesor, dengan mengusir mereka dari pekerjaannya, juga membiarkan media-medianya merajut kebohongan yang kemudian ditempelkan pada Hizbut Tahrir dan para aktivisnya, dengan sepengetahuan para politisinya, namun mereka tidak terusik dan diam lupa dengan kebebasan yang mereka sucikan. Itulah Inggris yang tengah merajut kebohongan-kebohongan ini!

Ketika surat kabar itu tidak mampu memberikan bukti apapun yang kredibilitas untuk menghubungkan Hizbut Tahrir dengan aksi bersenjata, maka surat kabar itu beralih dengan mengklaim bahwa, meskipun kurangnya bukti-bukti yang kuat terkait aktivitas fisik yang dilakukan Hizbut Tahrir, namun para pengamat menilai bahwa Hizbut Tahrir merupakan “wasilah yang membuka jalan bagi munculnya para teroris” (yaitu dengan memperkenalkan ide-ide ekstremis). Mereka ini sangat menyadari bahwa Hizbut Tahrir memiliki sejarah yang tinggi dan catatan yang brilian dalam memerangi para penguasa dan aparat intelijen rezim-rezim boneka Barat, serta keteguhan para aktivisnya dalam berdakwah, dimana mereka sabar menghadapi siksaan aparat keamanan yang lahir dari rahim peradaban imperialisme Barat. Namun demikian, Hizbut Tahrir dan para aktivisnya tetap berpegang teguh dengan metode Rasulullah saw, dan tidak menyimpang sedikit pun.

Siapapun terutama badan-badan intelijen Barat mengetahui betul bahwa Hizbut Tahrir membangun metodenya dengan aturan yang ketat, sehingga siapapun yang menyalahi metode pemikirannya pasti terpental, artinya bahwa siapapun yang menyalahi program-program yang diadopsi oleh Hizbut Tahrir, maka ia akan terpental dari Hizbut Tahrir.

Hizbut Tahrir menegaskan bahwa ini bukanlah episode baru tentang kelicikan dan kejahatan Inggris terhadap Islam dan umat Islam pada umumnya, dan khususnya terhadap revolusi Syam. Inilah tangan-tangan berdosa dan lidah-lidah dusta yang menempelkan kebohongan-kebohongan batil terhadap Hizbut Tahrir di Aleppo. Kebohongan-kebohongan yang disebarkan surat kabar “The Times” adalah kebohongan-kebohongan yang sama, yang pernah dilakukan tuan-tuannya di Inggris, yang didasarkan pada kebencian terhadap Islam dan ketakutan terhadap tegaknya negara Khilafah, dimana semua itu dilakukan agar umat Islam tetap terkotak-kotak, dan juga untuk mencegah tegaknya kembali satu negara yang kuat, yang diperintah oleh satu Khalifa, yang akan mengibarkan bendera Rasulullah saw.

Hizbut Tahrir tidak akan terganggu oleh intrik dan penipuan yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah. Sebab Allah SWT membela orang-orang yang beriman: “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (TQS. Al-Hajj [22] : 38).

Adapun persekongkolan mereka dengan orang dalam dan luar Suriah, serta lainnya, maka kami sampaikan kabar gembira pada mereka dan para anteknya, yaitu firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu akan dikumpulkan.” (TQS. Al-Anfal [8] : 36).

Osman Bakhash

Direktur Kantor Media Pusat

Hizbut Tahrir

NB:

IKUTIN RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI 2015

DAFTAR KE LINK RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI 2015


Dua Tugas Hizbut Tahrir : Bangun Kesadaran Problematik dan Solusi | HIZBUT TAHRIR INDONESIA | RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI

Membangun kesadaran problematik dan kesadaran solusi merupakan dua tugas yang diemban Hizbut Tahrir. Hal itu dinyatakan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto dalam Halqah Islam dan Peradaban (HIP) Edisi 57: Indonesia Kita Terancam Neoliberalisme & Neoimperialisme, Rabu (15/4) di Gedung Joeang 45, Jalan Menteng Raya, Jakarta.

“Pertama, kesadaran problematik, rakyat harus sadar bahwa mereka sedang sakit akibat neoliberalisme dan neoimperialisme,” ungkapnya.

Menurut Ismail, inti neoliberalisme adalah peminggiran peran negara. Negara hanya dijadikan regulator, akibatnya muncul negara yang berpihak kepada swasta (negara korporasi) dan negara menjadi negara pemalak (jibayah).

Kedua, kesadaran solusi. Yaitu Islam: syariah dan khilafah. Bukan Islam sekedar keyakinan tetapi juga solusi penyelesaian masalah manusia.

“Islam dengan khilafah merupakan negara ri’ayah, yang mengatur dan mengurus rakyat,” pungkasnya di hadapan sekitar 150 peserta yang hadir.

Dalam kesempatan tersebut, nampak pula dua pembicara lain, yakni peneliti Indonesia for Global Justice (IGJ) Salamuddin Daeng dan politisi PDIP Effendi Simbolon. (mediaumat.com, 16/4/2015)

IKUTI RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI HIZBUT TAHRIR INDONESIA

KLIK LINK INI RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI

rapat dan pawai akbar hizbut tahrir 2015 | rapat dan pawai akbar 136h