rapat dan pawai akbar | rpa jakarta | rpa jabar | rpa jatim | rpa jateng |rpa yogya| rpa jogja|
rapat dan pawai akbar,rpa jakarta,rpa hti, rpa jabar, rpa jateng,rpa jatim, rpa jogja,rpa yogya,rpa yogyakarta,rpa sumut, rpa sumsel ,rpa riau,rpa aceh,rpa bengkulu,rpa sumbar,rpa lampung,rpa kaltim,rpa kalsel,rpa sulsel,rpa sultra,rpa sulteng,rpa ternate,rpa papua,rpa bali ntb,rpa mamuju,rpa bandung,rpa surabaya,rpa semarang,rpa medan,rpa pekanbaru,rpa padang, rpa bandar lampung,rpa makassar,rpa samarinda,rpa banjarmasin,rpa mataram,rpa jayapura, rpa rpa batam,rpa palu,rpa kendari, rpa bangka
Kamis, 16 April 2015
Dua Tugas Hizbut Tahrir : Bangun Kesadaran Problematik dan Solusi | HIZBUT TAHRIR INDONESIA | RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI
Membangun kesadaran problematik dan kesadaran solusi merupakan dua tugas yang diemban Hizbut Tahrir. Hal itu dinyatakan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto dalam Halqah Islam dan Peradaban (HIP) Edisi 57: Indonesia Kita Terancam Neoliberalisme & Neoimperialisme, Rabu (15/4) di Gedung Joeang 45, Jalan Menteng Raya, Jakarta.
“Pertama, kesadaran problematik, rakyat harus sadar bahwa mereka sedang sakit akibat neoliberalisme dan neoimperialisme,” ungkapnya.
Menurut Ismail, inti neoliberalisme adalah peminggiran peran negara. Negara hanya dijadikan regulator, akibatnya muncul negara yang berpihak kepada swasta (negara korporasi) dan negara menjadi negara pemalak (jibayah).
Kedua, kesadaran solusi. Yaitu Islam: syariah dan khilafah. Bukan Islam sekedar keyakinan tetapi juga solusi penyelesaian masalah manusia.
“Islam dengan khilafah merupakan negara ri’ayah, yang mengatur dan mengurus rakyat,” pungkasnya di hadapan sekitar 150 peserta yang hadir.
Dalam kesempatan tersebut, nampak pula dua pembicara lain, yakni peneliti Indonesia for Global Justice (IGJ) Salamuddin Daeng dan politisi PDIP Effendi Simbolon. (mediaumat.com, 16/4/2015)
IKUTI RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI HIZBUT TAHRIR INDONESIA
KLIK LINK INI RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI
“Pertama, kesadaran problematik, rakyat harus sadar bahwa mereka sedang sakit akibat neoliberalisme dan neoimperialisme,” ungkapnya.
Menurut Ismail, inti neoliberalisme adalah peminggiran peran negara. Negara hanya dijadikan regulator, akibatnya muncul negara yang berpihak kepada swasta (negara korporasi) dan negara menjadi negara pemalak (jibayah).
Kedua, kesadaran solusi. Yaitu Islam: syariah dan khilafah. Bukan Islam sekedar keyakinan tetapi juga solusi penyelesaian masalah manusia.
“Islam dengan khilafah merupakan negara ri’ayah, yang mengatur dan mengurus rakyat,” pungkasnya di hadapan sekitar 150 peserta yang hadir.
Dalam kesempatan tersebut, nampak pula dua pembicara lain, yakni peneliti Indonesia for Global Justice (IGJ) Salamuddin Daeng dan politisi PDIP Effendi Simbolon. (mediaumat.com, 16/4/2015)
IKUTI RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI HIZBUT TAHRIR INDONESIA
KLIK LINK INI RAPAT DAN PAWAI AKBAR HTI
Langganan:
Postingan (Atom)